ANALISIS VEGETASI PASCA PENEBANGAN RKT 2017 Blok TPTI

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang


Sebagai salah satu subsistem dari sistem pengelolaan hutan, sistem silvikultur merupakan sarana utama untuk mewujudkan hutan dengan struktur dan komposisi yang dikehendaki. Salah satu cara untuk mengetahui adalah dilakukan kigiatan Analisis Vegetasi. Pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mengetahui susunan atau komposisi dan bentuk (struktur) vegetasi dari areal hutan yang menggunakan teknik silvikultur Tebang Pilih Indonesia (TPTI) yang ada di PT. Intracawood Manufacturing.


B. Tujuan
Tujuan dilakukannya kegiatan Analisis Vegetasi pada areal hutan menggunakan teknik silvikultur TPTI adalah untuk mengetahui komposisi dan struktur vegetasi Pasca Penebangan pada areal yang menggunakan teknik silvikultur TPTI 

 II. METODOLOGI


A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan pengukuran analisis vegetasi dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2018 dengan mengambil lokasi pada areal hutan pasca penebangan dengan menggunakan teknik silvikultur TPTI Blok RKT 2017 PT. Intracawood Manufacturing.

B.     Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat dan bahan yang digunakan untuk pengumpulan data adalah peta areal TPTI, phi band, meteran, tali rafiah, alat ukur tinggi, kalkulator, buku ukur (tally sheet) dan alat tulis

A.    Metode Pengumpulan Data
1.      Pembuatan Plot Ukur
    Metode yang digunakan dalam pembuatan plot ukur ini adalah metode Garis Berpetak yang merupakan modifikasi cara petak ganda atau cara jalur. Jalur ukur yang telah dibuat adalah sebanyak 3 jalur. Plot ukur dibuat per masing-masing jalur, dengan rincian tiap jalur dibuat 5 plot ukur pengamatan vegetasi.

      Cara garis berpetak merupakan modifikasi cara yang paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Petak-petak pada garis berpetak ini berbentuk bujur sangkar. Di dalam jalur ada petak-petak, dimana dalam petak tersebut ada sub-sub petak yang disebut anak petak dengan ukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan vegetasi tingkat semai, ukuran 5 m x 5 m untuk pengamatan vegetasi tingkat pancang, ukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan vegetasi tingkat tiang, dan ukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan vegetasi tingkat pohon 

D.    Analisis Data
     Peubah atau karakteristik hasil pengukuran selanjutnya diolah lebih lanjut untuk keperluan analisis komposisi dan struktur tegakan, yang mencakup Kerapatan, Kerapatan Relatif (%), Dominasi, Dominasi Relatif (%), Frekuensi, Frekuensi Relatif (%), Indeks Nilai Penting (%), dan Indeks Keragaman Shannon

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Komposisi Jenis

1.      Jumlah Jenis yang Ditemukan

     Tabel 1. Banyaknya individu yang ditemukan pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon serta   nilai kerapatan dari masing-masing kelompok jenis


Kelompok Jenis
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
N
K
N
K
N
K
N
K
(Ind)
(Ind/Ha)
(Ind)
(Ind/Ha)
(Ind)
(Ind/Ha)
(Ind)
(Ind/Ha)
Kayu Dilindungi
26
4333
-
-
4
27
9
15
Meranti
74
12333
18
480
16
107
26
43
Non Komersil
16
2667
20
533
1
7
1
2
Rimba Campuran
107
17833
62
1653
37
247
24
40
Jumlah
223
37167
100
2667
58
387
60
100
Rata-rata
56
9292
33
889
15
97
15
25
Keterangan: N = Jumlah individu dan K = Kerapatan



2.      Dominansi Jenis


Kelompok Jenis
INP %
Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Kayu Dilindungi
19,11
-
23,44
45,08
Meranti
56,59
33,07
84,03
132,28
Non Komersil
21,00
39,18
6,45
4,99
Rimba Campuran
103,30
127,75
186,07
117,65
Jumlah
200
200
300
300
        Sumber: Lampiran 1, 2, 3 dan Lampiran 4



B.    Struktur Tegakan


Berdasarkan grafik yang telah dibuat, menunjukkan bahwa grafik tersubut  yang terbentuk berupa J terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa struktur tegakan pada     areal hutan  dengan pengelolaan menggunakan teknik silvikultur TPTI di PT. Intracawood Manufacturing memiliki struktur tegakan yang cukup baik, dimana penyebaran vegetasi dari semai sampai pohon menyebar dengan merata. Begitu juga dengan struktur tegakan berdasarkan kelas diameter menunjukan hal yang sama dengan struktur tegakan berdasarkan kelas tingkat vegetasi. Jumlah individu tingkat semai lebih besar dibandingkan dengan jumlah individu pada tingkat pohon. Bentuk struktur tegakan huruf J terbalik merupakan ciri spesifik dari struktur tegakan hutan alam.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Pesan

PELANTIKAN ANGGOTA BARU SAKA WANABAKTI TAHUN 2024 PBPH PT. Intracawood Manufacturing bersama Pramuka Satuan Karya (SAKA) Wanabakti Kwartir R...